Beruntungnya saya yang dilahirkan di Indonesia dengan beragam kebudayaan. Dan tradisi yang belum saya kenal sebelum saya menginjakkan kaki di Yogyakarta sembilan tahun yang lalu. Namun masih banyak saja yang belum saya tau’. Seperti halnya tradisi Nyadran / nyekar atau ziarah masih berlangsung dan menjadi semacam kewajiban bagi orang Jawa yang dilakukan di bulan Sya’ban, atau bulan sebelum bulan Ramadhan. Tradisi ini merupakan simbolis hubungan diri dengan para luluhur, sesama, dan Yang Maha Pencipta.
Saya tidak terlalu setuju kalau ziarah kubur hanya dilakukan ketika menjelang Ramadhan saja. Bukankah dengan ziarah kita bisa lebih sering mengingat kematian? Dan dengan mengingat kematian kita akan lebih banyak menabung pahala dengan berbuat banyak kebajikan.
Bulan Sya’ban juga disebut bulan Ruwah (menurut penanggalan Jawa). Ada pemahaman bahwa Ru-Wah adalah singkatan kata dari nge-Ruruhi arWah yang saya sendiri kebingungan mengartikannya dalam bahasa Indonesia. tapi mungkin kira kira intinya memperhatikan dan mengingat leluhur yang telah mendahului kita. Dalam tradisi Ruwah ini biasanya masyarakat membuat penganan apem dan ketan. Kenapa apem? Afu’un dalam bahasa Arab berarti mohon ampun, mungkin terkait dengan pandangan filosofis ini maka masyarakat mengartikannya dengan Apem.
Setelah nyadran, masih ada lagi ritual penyucian diri yang disebut padusan. Padusan berasal dari kata adus yang berarti mandi dalam bahasa indonesia. Tradisi berupa mandi wajib secara harafiah ini dapat dimaknai sebagai persiapan lahir bathin menyambut Ramadhan.
Dahulu, tempat tempat yang biasanya dipilih untuk padusan adalah sumber air alam, seperti mata air, sungai, dan laut. Tapi sekarang, kolam renang sering dipilih menjadi alternatif tempat padusan yang menyenangkan selain praktis, sumber-sumber air yang layak saat ini semakin berkurang. Hmmm kalau saya lebih memilih mandi di rumah deh.
Secara fisik, tradisi nyadran dan padusan memang tidak islami. Ini merupakan tradisi adopsi dari kebudayaan tinggalan agama Hindu, Budha, dan Animisme. Namun, berkat para Wali Songo yang berhasil mengawinkan tradisi adat jawa dengan nafas Islam, kedua tradisi tersebut (Nyadran dan Padusan) yang dilestarikan masyarakat Jawa itu dapat tetap berlangsung.
*Kesalahan informasi adalah mutlak kesalahan penulis.
Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga dibukakan pintu ampunan bagi kita semua, dan menjadikan kita sebagai Hamba yang selalu bersyukur…Amien
Leave a comment